Minggu, 04 Maret 2012

Tips Menghadapi Pembantu


Beberapa minggu terakhir ini, pembantuku sering minta izin tidak masuk. Akibatnya banyak pekerjaan terbengkalai. Hal itu dapat dimaklumi karena aku mempunyai tiga anak, dua diantaranya beranjak remaja, sedangkan si sulung sebentar lagi kuliah. Itu berakibat banyak pakaian kotor.

Selain itu, rumahku pun cepat kotor, karena anak-anakku hampir setiap hari sepulang sekolah, mereka mengajak teman-temannya ke rumah. Atas keadaan itu, rumah menjadi tidak nyaman. Oleh karenanya, aku putuskan untuk “menegur” pembantuku tentang masalah ini.

Pembantuku sebenarnya baik dan bertanggung jawab. Sudah hampir 5 tahun dia bekerja di rumahku. Soal pekerjaan sepenuhnya aku percayakan pada pembantuku, dia yang mengatur pekerjaan mana yang harus segera diselesaikan dan mana yang tidak, untuk itu aku memberikan beberapa fasilitas kepadanya,  HP, dan upah yang sangat layak. Aku sering bertanya kepada teman yang memiliki pembantu. Ternyata, mereka hanya memberikan upah sekadarnya. Tidak ada fasilitas lain kecuali upah. Bahkan, upah yang kuberikan 70% lebih banyak. Selain itu, setiap menjelang bulan Ramadhan, akupun memberikan paket sembako, dan di saat lebaran aku memberikan upah 2x lipat. Jadi aku menyimpulkan pasti ada apa-apa dibalik kemalasan pembantuku.

Meskipun hanya berperan sebagai pembantu, tentunya aku harus  memanusiakan dirinya. Oleh karenanya, aku berusaha mengambil waktu yang tepat untuk menanyakan penyebab kemalasan pembantuku. Dan berikut ini adalah tips yang aku gunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Tunggu waktu yang tepat
Aku menunggu sampai dia menyelesaikan semua perkerjaannya, dan berperilaku seperti tidak terjadi apa-apa. sebenarnya aku sudah tidak sabar ingin segera mengetahui alasan akan perubahan sikapnya belakangan ini. Tapi menanyakan hal ini di saat dia sedang bekerja tentu tidak tepat, jadi aku putuskan untuk menunggu....

Tetaplah santun
Pembantu juga manusia yang memiliki perasaan. Aku tekankan pada anak-anakku untuk tetap menghargainya, dan inilah salah satu alasan dia betah bekerja di rumahku, hingga perubahan yang terjadi beberapa minggu terakhir, yang membuat dahiku berkerut, memikirkan apa sebenarnya yang terjadi dengan pembantuku ini. Aku tetap gunakan bahasa santun ketika memanggilnya, dan memulai percakapan kami siang itu. Dengan bahasa yang santun dia akan merasa keberadaannya dihargai.

Ungkapkan permasalahan dengan jujur
Aku ungkapkan semua permasalahan yang terjadi karena ketiadaan pembantu. Aku sudah menganggap dia sebagai bagian dari keluarga, dengan kejujuranku aku berharap dia bisa merasakan keresahanku.

Berikan waktu untuk berfikir
Setelah aku utarakan permasalahanku, aku beri dia waktu yang cukup untuk menjawab. Ternyata pembantuku menginginkan penghasilan tambahan di luar jam kerjanya di rumahku. Pembantuku memang mempunyai keahlian lain yaitu sebagai tukang pijat. Akhirnya aku beri dia alternative, setelah dia selesai dengan pekerjaannya di rumahku, aku bebaskan dia untuk mencari penghasilan tambahan. Dengan catatan, pekerjaan di rumahku harus tetap diprioritaskan, jika tidak aku persilahkan dia untuk berhenti bekerja di rumahku.

Aku cukup puas dengan jawaban pembantuku. Saat ini, aku memberikan kesempatan kepadanya untuk bekerja lebih baik. Namun, aku pun sudah bersiap mencari penggantinya jika pembantuku ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Ia mempunyai hak untuk tujuan tersebut. aku hanya memberikan gambaran-gambaran bahwa sungguh sulit mencari pekerjaan dengan suasana dan fasilitas seperti yang dia dapat selama bekerja di rumahku.Jika nanti pembantuku ingin pergi,  tentu aku akan menggunakan pembantu baru. Ketika aku sudah menggunakan pembantu baru, tentunya aku harus bersikap baik pula kepadanya. Penyesalan selalu datang setelah perbuatan. Maka, sebaiknya kita berhati-hati sebelum mengambil sebuah keputusan.


source : TNC