Sebenarnya kita selalu mendapat “informasi” atau semacam peringatan
setiap kali sesuatu akan terjadi, bahkan ketika akan jatuh sakit.
Masalahnya, mampukah kita menangkapnya?
Setiap kali habis terjadi bencana, seperti ledakan bom, gempa bumi,
tsunami atau kecelakan pesawat, seringkali kita lalu membaca atau
mendengar cerita orang mengenai firasat yang diperolehnya sebelum
bencana terjadi. Menurut Sumarsono Wuryadi, hal itu tidak aneh karena
sebenarnya di samping panca indera, manusia juga memiliki indera yang
tidak kelihatan namun sangat peka, yang disebut ESP (extra sensory
perception).
Meskipun tidak setiap orang yang menyadari adanya ESP, tetapi
sebenarnya kita sudah sering menggunakannya. Misalnya saja ketika muncul
semacam firasat bahwa akan terjadi sesuatu, sebenarnya itu merupakan
sinyal bahwa ESP kita menangkap informasi akan terjadi bencana.
Seringkali hal itu baru kita sadari setelah terjadi.
Masih banyak contoh penggunaan ESP yang dilakukan orang tanpa sadar,
misalnya ketika baru datang dari suatu tempat, seringkali kita mengalami
perasaan bahwa kita sudah pernah mengunjungi tempat ini sebelumnya.
Sebenarnya kita itu merasakan melalui ESP yang kita telusuri terkadang
berhubungan dengan post life. Begitu juga ketika suatu saat kita
teringat seseorang lalu telepon berdering dan yang menelepon ternyata
orang yang baru kita ingat. Itu memperlihatkan bahwa telah terjadi
kontak batin lewat ESP. Atau, perasaan wanita mengenai apa saja yang
dilakukan oleh pasangannya ketika tidak bersamanya, yang seringkali
terbukti.
Semua itu membutktikan bahwa sebenarnya kita semua memiliki ESP yang
terus bekerja meskipun tidak kita sadari. Sehingga seringkali kita bisa
begitu saja mengetahui sesuatu. Kemampuan mengetahui sesuatu tanpa
penjelasan atau alasan itu biasanya dikenal orang sebagai intuisi.
Intuisi, Informasi dari Dalam Diri
Vicky Schippers, universal healer dari Belanda, dalam seminarnya
mengenai intuisi di Jakarta menjelaskan bahwa ada berbagai macam bentuk
intuisi, yaitu pengetahuan yang jernih, kata-kata atau kalimat yang
berlaku di benak (tanpa suara), penglihatan yang jelas, melihat dengan
mata ketiga, dll. Intuisi itu datang dari nurani tertinggi atau diri
kita yang terdalam, yaitu ruhani kita.
Namun intuisi ternyata tidak hanya memberikan informasi yang
menyangkut keselamatan diri saja, karena menurut Vicky, intuisi
memberikan kebenaran pribadi yang absolute tentang apasaja yang kita
butuhkan, untuk hidup sepenuhnya secara seimbang, dengan pemahaman dan
kebijaksanaan yang baik. Jadi melalui intuisi yang digabung dengan
kecerdasan intelektual, kita bisa melakukan apapun tanpa batasan, mulai
dari meningkatkan kondisi kesehatan hingga meningkatkan status keuangan.
Mengapa bisa begitu?
Menurut Vicky, pada diri manusia terdapat batin sadar (pikiran sadar)
ban batin bawah sadar. Jika batin sadar memiliki lima indera, maka
batin bawah sadar memiliki indera keenam yang kepekaannya tidak
terbatas. Begitu pekanya sehingga batin bawah sadar pun mencatat dan
merekam ketika seseorang memikirkan kita.
Batin bawah sadar adalah batin kolektif/semesta yang menghubungkan
semua batin individu di seluruh alam semesta. Ini menjelaskan bagaimana
orang-orang tertentu mampu membaca pikiran orang lain dan juga bagaimana
orang-orang yang peka dapat menangkap isyarat dan informasi tentang
macam-macam hal.
Mengenai akurasinya, intuisi sangat tergantung pada perkembangan
pribadi dan banyaknya latihan seseorang. Intuisi akan semakin jernih dan
tajam ketika kita tumbuh secara spiritual dan melalui aplikasi
pengetahuan yang dipelajari langkah demi langkah, sedikit demi sedikit
dalam hidup ini.
Intuisi Bisa Dipertajam
Untuk bisa menggunakan ESP atau intuisi secara sengaja, tentu kita
perlu mengasahnya lebih dahulu. Menurut Sumarsono, intuisi bisa kita
buat lebih tajam jika memahami cara kerjanya. Sebenarnya kita menangkap
hal-hal yang sifatnya intuisi pada waktu gelombang otak kita emamsuki
alpha-theta, yaitu gelombang otak yang frekuensinya rendah, sebuah
mekanisme yang terjadi pada waktu kita tidur. Dalam keadaan sadar
(conscious), otak kita bergetar pada gelombang yang disebut beta. Namun
begitu kedua mata tertutup, gelombangg otak kita turun ke alpha, theta
dan terus masuk ke Delta di mana kita tertidur pulas tanpa mimpi.
Setelah itu, kita akan kembali memasuki gelombang theta lalu kembali
lagi ke fase alpha lalu balik lagi ke fase theta, demikian seterusnya.
Jadi misalkan tidur selama 8 jam, biasanya selama 30 sampai 90 menit
kita berada di fase delta. Itulah sebabnya orang kalau baru tertidur
biasanya sulit dibangunkan. Karena 1 jam pertama tersebut biasanya orang
memang memasuki fase tidur lelap. Kemudian selama 30-60 menit
selanjutnya kita turun ke theta lalu sisanya di alpha. Pada fase
alpha-theta inilah kita memasuki batin bawah sadar dan supra sadar
sehingga seringkali menangkap hal-hal yang sifatnya intuitif.
Itulah sebabnya di kalangan masyarakat Jawa, ketika menafsirkan mimpi
sering kali melihat dulu jam berapa kira-kira mimpi itu terjadi. Karena
mimpi yang dianggap bermakna adalah mimpi yang terjadi pada jam-jam
tertentu ketika gelombang otak kita bergetar pada fase alpha-theta.
Namun demikian, kita tidak selalu harus tidur dulu untuk mendapatkan
informasi yang sifatnya intuitif atau hal-hal yang sifatnya supra
natural. Dengan cara meditasi, kita bisa saja memasuki fase alpha
tersebut. Tentunya dengan tahapan yang sama dengan tahap-tahap yang kita
lewati ketika tidur. Begitu memasuki fase alpha, maka kita akan bisa
menangkap berbagai sinyal dan rambu-rambu yang memang diberikan Tuhan
demi kebaikan kita.
Memang kita tidak bisa mengubah segala sesuatu yang sudah ditakdirkan
Tuhan, Tapi tak ada salahnya mengusahakan agar segala sesuatu berjalan
dengan lebih baik, dengan menggunakan anugerah yang kita miliki sebagai
manusia yang memang diciptakan sempurna. Setujukah Anda?
Latihan Untuk Mengasah Intuisi
Menurut Sumarsono Wuryadi, sebenarnya sambil melakukan kegiatan
sehari-hari, kita bisa sambil berlatih mempertajam intuisi, misalnya
yaitu:
- Ketika telp bordering, sebelum mengangkatnya kita bisa lebih dulu memfokuskan perhatian untuk mencoba menebak siapa yang menelepon.
- Ketika menerima surat, sebelum membuka sampulnya fokuskan dulu perhatian kita dan cobalah untuk mengetahui apa kira-kira isinya.
- Mengambil kartu-kartu berwarna, sambil memejamkan mata lalu menebak apakah warna yang terpegang sesuai dengan warna yang memang ingin diambil.
- Melempar koin lalu menebaknya.
Latihan lainnya bisa dilakukan sambil duduk dalam kondisi rileks di
tempat yang cukup sepi. Niatkan bahwa kita ingin mendapatkan petunjuk
dari Tuhan mengenai perjalanan yang akan kita lakukan, kondisi
kesehatan, keuangan, urusan bisnis, atau apa saja yang menjadi masalah
kita saat itu. Selanjutnya fokuskan perhatian pada keluar masuknya napas
dari lubang hidung, sehingga kita semakin rileks dan memasuki suasana
yang hening. Begitu memasuki kondisi alpha, cobalah mulai menangkap
sinyal-sinyal yang muncul.
Sinyal yang muncul sangat tergantung pada kepekaan masing-masing
orang. Mereka yang penglihatannya peka (clair voyance) akan menangkap
sinyal itu dalam bentuk gambaran visual, mereka yang pendengarannya peka
(clair audience) akan menangkapnya dalam bentuk suara atau bisikan.
Sementara orang peka perasaannya (clair sentience) akan mengangkap
sinyal itu dengan perasaannya. Atau, tiba-tiba muncul begitu saja sebuah
pengertian atau keseimpulan baru yang kita yakini sebagai sesuatu yang
benar meski kita tidak tahu alasannya secara jelas.
Menurut Sumarsono, latihan-latihan itu perlu dilakukan setiap hari
sehingga semakin lama kita menjadi semakin peka. Jika sudah sampai pada
tahap mahir, dengan mudah dan cepat kita akan bisa “mengetahui” sesuatu
yang akan terjadi. Dengan begitu kita bisa berupaya menghindari
terjadinya hal-hal yang tidak kita inginkan.
source; internet