Selasa, 21 Februari 2012

Menopause Pria

Menopause pada pria. Mitos atau fakta? Hal ini menjadi perdebatan begitu banyak orang, termasuk di antara kaum pria sendiri apakah menopause pria itu benar-benar ada atau tidak. Pertama-tama, bersiaplah untuk mendengar kebenaran bahwa pria juga mengalami menopause. Jadi, bukan hanya para wanita saja yang akan mengalaminya, walaupun memang tidak semua pria harus mengalami hal ini. Mereka yang hidup benar sejak mudanya ditinjau dari segala aspek tidak perlu memusingkan hal ini.

Menopause pada pria dikenal dengan andropause(andro berarti pria ; pause berarti berhenti). Hal ini tidak melulu berbicara tentang perubahan kemampuan reproduksi seseorang, tetapi melibatkan perubahan-perubahan hormonal dan psikologis yang dialami oleh pria berusia antara 40-55 tahun. Hal ini dapat terlihat secara fisik, tetapi sebenarnya berdimensi sosial bahkan spiritual.

Terdapat perbedaan antara menopause pada wanita dengan andropause. Menopause wanita adalah statis, dimana hormon estrogen yang bertanggung jawab terhadap kewanitaannya berhenti berproduksi. Sedangkan pada andropause, hormon testosterone yang bertanggung jawab terhadap kepriaannya tetap berproduksi tetapi menurun drastis. Inilah sebabnya, seorang pria tiba-tiba menjadi lemah dalam segi seksual atau lainnya. Kebingungan pun melanda. Sisi kekuatan pria diserang.

Gejala seorang pria mengalami andropause ialah mudah tersinggung, sering uring-uringan tanpa sebab yang jelas, berkeringat pada malam hari dan gampang menjadi lelah. Ciri-ciri fisiknya ialah kulit tampak lebih kering dan bersisik di bagian tangan dan kaki, serta terdapat bintik merah di bagian siku, kulit kadang terasa panas terbakar, kemudian terdapat kemunduran fungsi seksualitas. Bila semua itu sedang dirasakan, bisa jadi andropause sedang Anda alami.

Hal ini kadang menakutkan bagi pria yang tidak tahu dan tidak siap menghadapinya. Mereka cenderung menjadi panik dan mulai mencari-cari cara penyelesaiannya sendiri. Inilah saat dimana mereka bisa menjadi makin kacau dan benar-benar menimbulkan krisis dalam posisinya sebagai seorang ayah, kakek atau suami. Belum lagi ditambah keadaan jaman modern, dimana tuntutan keuangan dan karir ikut menambahkan tekanan yang dialami. Maka jadilah ini suatu problem yang sangat serius bagi dirinya pribadi maupun orang-orang di sekitarnya.

Sebenarnya, krisis setengah baya seperti inilah yang harus diantisipasi sejak awal. Kalau memang ini harus terjadi pada seorang pria misalnya, cara pandangnya terhadap masalah itulah yang harus dibereskan. Pria itu harus sadar bahwa memang semua orang akan menjadi tua dan dia harus mengucap syukur karena itu. Uban adalah mahkota, bukan petaka. Pria yang tahu betul siapa dirinya seharusnya dalam keadaan sadar bahwa hidupnya sedang berada di masa ia benar-benar menjadi panutan, sehingga tidak justru menerima ketuaannya dengan berlaku over acting seperti anak muda.

Dalam usia rawan andropause, seorang pria harus memperhatikan bagaimana ia hidup:

Pertama dari segi jasmani. Makanan harus diperhatikan, karena dalam keadaan seperti ini, penyakit dapat dengan mudah mulai menyerang. Jangan mengkonsumsi obat-obatan berbentuk apapun yang katanya dapat mengembalikan semangat muda kembali, karena efek yang berlaku biasanya justru akan menambah benang kusut. Kegiatan olahraga harus terus dijalani dengan tidak menyentuh alkohol apalagi rokok.

Kedua dari segi sosial. Pria harus mulai bersosialisasi dengan lebih luas dalam lingkungannya. Ikut pelayanan atau bakti sosial akan sangat baik efeknya. Seorang pria yang berkeluarga juga harus mulai memperbaiki hubungan dengan anak dan istri, bukannya justru menjadi renggang. Pulihkan hubungan yang buruk, saling introspeksi diri dan saling terbuka, serta meningkatkan kadar komunikasi dua arah yang positif.

Ketiga dari segi rohani. Semua buku yang membahas tentang andropause akan menyarankan pria untuk kembali melihat pada hubungannya dengan Tuhan. Ini bukan hanya nasehat belaka. Inilah esensi kehidupan. Bahwa sejak seseorang dilahirkan sampai masa tuanya, ada panggilan hidup tertinggi dalam kehidupan seseorang. Panggilan yang lebih tinggi dari hanya ‘sekedar’ menjadi pekerja, menjadi ayah atau suami, tetapi menjadi makhluk Tuhan yang Ia ciptakan segambar dan serupa dengan-Nya dan dipanggil untuk menggenapi rencana-Nya. Itu adalah arti hidup yang sebenarnya.

Dengan berada pada posisi ini, maka andropause sekalipun tidak akan lagi menjadi masalah penting dalam kehidupan seorang pria.

Bugar Dan Perkasa Di Usia Senja

Bugar dan Perkasa di Usia Senja. Ketika pasangan Anda mulai menginjak usia 40 tahun atau lebih, gejala andropause akan mulai mengintainya. Seperti apa saja, sih, gejalanya, dan benarkah pil biru dapat mengatasi andropause?Jika menjelang memasuki gerbang usia senja perempuan akan mengalami menopause, maka pria akan mengalami andropause di usia seperti ini. Sayangnya, gejala-gejala andropause tidak sejelas menopause yang bisa terlihat secara fisik, yaitu berhentinya siklus menstruasi.

Penjelasannya mengenai andropause, sekaligus cara mengatasinya.

Andropause, mulai dikenal di dunia kedokteran pada tahun 1940-an. Kata Andropause diambil dari bahasa Yunani, yaitu andro yang berarti pria dan pause yang artinya penghentian. Jadi, andropause bisa diartikan sebagai berhentinya proses fisiologis pada pria.Menurut Anita, andropause merupakan proses alami yang terjadi seiring bertambahnya usia pada pria. Semua pria pasti mengalami andropause, dan gejalanya biasanya mulai terjadi pada pria yang sudah berusia di atas 40 tahun.

GEJALA ANDROPAUSE Di dunia kedokteran, istilah andropause juga dikenal dengan nama Partial Androgen Deficiency in Aging Male (PADAM). Gejala PADAM ini terjadi ketika produksi hormon testosteron, growth hormone, dan hormon melantonin menurun, sementara hormon prolaktin meningkat.

Perubahan kadar hormon ini mengakibatkan terjadinya andropause yang ditandai oleh perubahan yang dapat terlihat secara fisik. Misalnya, tubuh terasa panas, berkeringat terus-menerus, mudah lelah, insomnia, gelisah, dan timbul rasa takut.”Emosinya juga mulai terganggu. Istilahnya cranky, moody tapi dia sendiri tidak tahu kenapa bisa begitu? Oleh karena itu biasanya pria yang tengah mengalami masa andropause ini mudah sekali marah atau tersinggung.Suasana hati yang berubah ini, biasanya membuat pria menjadi kehilangan rasa percaya diri, penurunan motivasi, hingga depresi.

Gejala-gejala lain dari androgen juga bisa menyerang vitalitas pria seperti berkurangnya tenaga, menurunnya kekuatan dan massa otot, penumpukan lemak, kehilangan rambut tumbuh, hingga osteoporosis.Akan tetapi, gejala-gejala di atas jarang sekali disadari kaum pria yang ternyata dirinya sudah terkena andropause. “Biasanya, mereka akan kelabakan jika sudah terjadi gangguan pada fungsi seksualnya”.Menurunnya libido (gairah seksual) dan disfungsi ereksi adalah beberapa contoh gangguan fungsi seksual yang disebabkan menurunnya kadar testosteron di bawah angka normal. Wajar saja jika gangguan semacam ini dapat membangunkan pria dari tidurnya, karena bagaimanapun, masalah seks merupakan hal penting bagi pria.

Bahkan fenomena puber kedua yang terjadi pada kisaran usia ini juga sebenarnya disebabkan karena pria mengalami andropause. Gejala andropause-lah yang menyebabkan pria berubah tingkah lakunya. Karena dia ingin menunjukkan dirinya masih gagah perkasa atau jantan, maka dia mulai bersolek. Selain itu, oleh karena gejala-gejalanya terjadi secara perlahan dan tidak sekaligus, pria sering terlambat menyadari jika andropause sudah mengintainya. Apalagi, di usia 40 tahun ke atas, pada umumnya pria sedang berada dalam tahap pencapaian target dan peningkatan kualitas dalam hidupnya.Hal ini menjadikan pria jadi kebingungan untuk membedakan, perubahan yang terjadi pada tubuhnya bukan hanya dipengaruhi kondisi eksternal, tetapi juga berasal dari dalam tubuhnya juga.

UBAH GAYA HIDUP

Bagi pria, usia 40 tahun ke atas memang menjadi awal timbulnya gejala andropause. Namun, pada kenyataannya akan berbeda pada satu pria dengan yang lainnya. Semua pria pasti mengalami andropause, karena dia mengalami proses penuaan. Hanya prosesnya saja yang berbeda.

Sementara itu, cepat atau lambatnya proses andropause terjadi pada pria, dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Pengaruh internal bisa dari tubuhnya sendiri atau genetik. Juga, bisa karena di dalam tubuhnya sudah mengidap penyakit yang disebut sindroma metabolik. Sindroma metabolik yang dimaksud  adalah penyakit degeneratif seperti darah tinggi, kolestorel tinggi, atau kencing manis. Jika dia mempunyai gejala sindroma metabolik, proses andropause bisa lebih cepat terjadi.

Sementara faktor luar atau eksternal, berasal dari lingkungan. Suasana yang tidak kondusif seperti kebisingan, terlalu sering terpapar sinar matahari, dan polusi yang bisa menyebabkan stres adalah beberapa contohnya. Semua faktor tadi bisa mengakibatkan stres secara fisik dan psikis.  Selain itu, penggunaan bahan kimia yang terdapat dalam produk rumah tangga, pertanian, hingga pabrik pun bisa mempercepat proses andropause pada pria.

Gaya hidup tidak sehat juga ditenggarai dapat mempercepat pria terkena gejala andropause. Misalnya dia merokok, suka begadang, dan pola makannya tidak benar, bisa lebih cepat terkena andropause.Oleh sebab itu, gaya hidup sehat memang menjadi kunci utama jika pria ingin memperlambat proses andropause. Dengan mempraktekkan gaya hidup sehat, proses penuaan sekaligus proses andropause akan melambat dengan sendirinya.

Ubah pola hidup menjadi lebih sehat seperti menghindari polutan, memperbaiki lingkungan sekitar, olah raga yang cukup dan seimbang, juga pola makan sehat. Dengan menjaga tubuh tetap bugar, tentu kualitas hidupnya pun akan meningkat dan gangguan-gangguan yang diakibatkan andropause bisa diperlambat.Sayangnya, hingga saat ini, masih banyak saja pria yang salah mengerti, dan menganggap obat-obatan seperti viagra bisa membantu mengatasi andropause.Padahal,  obat-obatan semacam itu adalah sexotonic dan tidak boleh diminum sembarangan, karena ada efek sampingnya. Lebih baik, lanjutnya, berkonsultasi langsung dengan androlog agar permasalahannya bisa langsung teratasi.

Oleh sebab itu, saya menyarankan agar perempuan sebagai pasangannya menghadapi pria yang mengalami proses andropause, dengan kepala dingin. “Tak perlu bertanya-tanya atau cerewet, cukup amati saja. Apakah dia sudah mulai sakit-sakitan? Jika pasangannya ikut mengeluh, apalagi soal seksual, sebaiknya dibicarakan berdua.” Jika tak bisa mengatasi sendiri, sekali lagi disarankan untuk berkonsultasi ke ahlinya atau androlog.

Lantas, pengobatan macam apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah andropause ini? Selain dengan memperbaiki gaya hidup, teknologi pengobatan seperti terapi sindroma metabolik dan sulih hormon bisa digunakan untuk mengatasinya. Terapi sindroma metabolik itu, misalnya jika dia mengidap darah tinggi, ya diobati dulu darah tingginya, begitu juga dengan penyakit lainnya. Terapi sulih hormon dilakukan dengan memberikan hormon testosteron (bisa lewat tablet, suntikan, koyo, sampai implan) dan harus dilakukan di bawah pengawasan dokter. Terapi ini harus dilakukan dengan hati-hati karena dikhawatirkan bisa memancing penyakit lain pada pria, seperti kanker prostat. Sebelum terapi sulih hormon, pasien harus diperiksa dulu secara menyeluruh.


source:http://ayurai.wordpress.com